Sabtu, 04 Januari 2014

MK. STUDI MASYARAKAT INDONESIA : MASYARAKAT INDONESIA DI ERA GLOBALISASI


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mentalitas Masyarakat Indonesia Pada Era Globalisasi” ini dengan baik dan lancar.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok diantaranya Pendi, Inah, Ovi Nurna O, Kharirotun Nadhiroh, Ikbat Subakti untuk mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan dorongan dari semua pihak makalah ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih penulis kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Terimaksih.



        Rangkasbitung, 26 Desember 2013
  Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………..   i
DAFTAR ISI……………………………………………………………     ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………….     1
1.2  Batasan Masalah……………………………………………..     2
1.3  Rumusan Masalah …………………………………………...     2
1.4  Tujuan Penulisan Makalah…………………………………..      2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Kondisi Masyarakat Indonesia Pada Era Globalisasi…….         3
2.2  Apa saja yang terdapat di era globalisasi ini………………        4
2.3  Bagaimana Masyarakat Indonesia menyikapi di Era
Globalisasi ini………………………………………………..     7
BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan………………………………………………….      11
            3.2 Saran………………………………………………………....     11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...     13



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kehidupan kita di masyarakat sangat mempengaruhi satu dengan yang lainnya, tidak terkecuali dengan berbagai perkembangan yang ada di era globalisasi ini. Sebagai generasi muda yang berkualitas tentu kita harus bisa menyikapi dengan benar kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini, itu semua agar semua orang juga bisa mendapatkan manfaat dari era globalisasi itu sendiri.
Kehidupan masyarakat di sekitar kita adalah hasil dari sebuah tindakan setiap orang, sehingga jika terjadi suatu aktifitas dari seseorang maka dari satu aktifitas itu juga bisa mengembangkan kehidupan masyarakat yang lainnya. Jadi, apa yang akan kita lakukan nanti juga akan diteruskan oleh kehidupan masyarakat.
Selain itu, sebagai generasi muda kita adalah bagian dari kehidupan masyarakat itu. Seperti yang sudah saya tuliskan di artikel ‘Peran Pemuda Sampai di Mana Untuk Meraih Masa Depan?‘, untuk menciptakan masa depan kehidupan masyarakat yang lebih baik maka kita yang merupakan generasi muda harus bisa memiliki kehidupan yang berkualitas. Dengan begitu, kehidupan kita juga bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar kita.
Menciptakan kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini untuk memiliki masa depan yang cerah bisa menjadi sulit juga bisa menjadi sangat mudah, tergantung bagaimana setiap individunya menciptakan suatu kehidupan. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa dari satu kehidupan bisa mempengaruhi kehidupan di masyarakat sekitar.

B.   Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka alangkah baiknya apabila penyusun membatasi masalah yang dibahas. Adapun penulisan makalah ini adalah: “Mentalitas masyarakat Indonesia pada era globalisasi”.

C.  Rumusan Masalah                       
  1. Bagaimanakah Kondisi masyarakat indonesia pada era globalisasi
  2. Apa saja yang terdapat di era globalisasi ini?
  3. Bagaimana Masyarakat Indonesia menyikapi di Era Globalisasi ini?

D.   Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Masyarakat Indonesia
  2. Untuk mengetahui kondisi masyarakat Indonesia pada era globalisasi
  3. Untuk Mengetahui bagaimana cara menyikapi masyarakat Indonesia di era globalisasi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi masyarakat indonesia pada era globalisasi
Masyarakat Indonesia saat ini sangat buruk pada masa sekarang terutama di Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita, apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.
Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.
Oleh karena itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keaneka ragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.

2.2 Apa saja yang terdapat di era globalisasi ini?
Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehidupan bangsa Indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita, apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.
Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.
Oleh karena itulah kita perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keanekaragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.
Perubahan politik dunia yang terjadi di era globalisasi, telah menghadirkan suatu kompetisi antarbangsa. Kondisi tersebut cenderung mengarah pada perebutan pengaruh yang cukup ketat, baik global, regional maupun nasional. Perkembangan tersebut antara lain menyebabkan terjadinya perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru.
Di masa lalu, isu keamanan tradisional cukup menonjol, yakni yang berhubungan dengan geopolitik dan geostrategi, khususnya pengaruh kekuatan blok barat dan blok timur. Pada masa itu, kekhawatiran dunia terutama pada masalah pengembangan kekuatan militer dan senjata strategis serta hegemoni.
Isu keamanan pada dekade terakhir ini makin kompleks dengan meningkatnya aktivitas terorisme, perampokan dan pembajakan, penyeludupan, imigrasi gelap, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas negara lainnya. Bentuk-bentuk kejahatan tersebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktor-aktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memiliki kemampuan teknologi dan dukungan finansial.
Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia berlangsung Gerakan Reformasi, bertujuan mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, bersih dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sejauh ini reformasi nasional telah memberi isyarat perubahan positif dalam kehidupan masyarakat Indonesia, melalui penataan sistem pemerintahan, baik politik, hukum, ekonomisosial, maupun pertahanan serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
Di bidang pertahanan negara, perubahan mendasar yang terjadi telah mencakup aspek-aspek struktur, kultur, dan hukum. Perubahan tersebut kemudian diwadahi dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. UU Pertahanan tersebut mengamanatkan penyusunan kebijakan pertahanan negara yang dituangkan dalam sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul "Indonesia : Mempertahankan Tanah Air Memasuki Abad 21". Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang rela mengorbankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.3 Bagaimana Masyarakat Indonesia menyikapi di Era Globalisasi ini?
Dalam masa globalisasi ini, tidak ada satu Negara pun yang mampu mencegah masuknya pengaruh perekonomian dunia.
1)             Persiapan Indonesia Menghadapi Globalisasi
Persiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi bukan hanya siap dan tidak siap, atau mau atau tidak mau, tetapi harus membenahi diri dalam berbagai sector kehidupan sepeti :
ü  Keadaan Ekonomi
Laporan Bank Dunia 1999/2000 menunjukan bahwa keadaan perekonomian bangsa Indonesia masih sangat rendah. Pendapat perkapita juga masih dari memadai.
ü  Keadaan Stabilitas Politik dan Keamanan
Untuk menarik minat para investor asing menanamkan modalnya di Indonesia, diperlukan kondisi perekonomian yang aman dan stabil.
ü  Otonomi Daerah
Melanjutkan agenda reformasi terutama mengenai Otonomi Daerah.
ü  Kehidupan kita di masyarakat sangat mempengaruhi satu dengan yang lainnya, tidak terkecuali dengan berbagai perkembangan yang ada di era globalisasi ini. Sebagai generasi muda yang berkualitas tentu kita harus bisa menyikapi dengan benar kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini, itu semua agar semua orang juga bisa mendapatkan manfaat dari era globalisasi itu sendiri.
Kehidupan masyarakat di sekitar kita adalah hasil dari sebuah tindakan setiap orang, sehingga jika terjadi suatu aktifitas dari seseorang maka dari satu aktifitas itu juga bisa mengembangkan kehidupan masyarakat yang lainnya. Jadi, apa yang akan kita lakukan nanti juga akan diteruskan oleh kehidupan masyarakat.
Selain itu, sebagai generasi muda kita adalah bagian dari kehidupan masyarakat itu. Seperti yang sudah saya tuliskan di artikel ‘Peran Pemuda Sampai di Mana Untuk Meraih Masa Depan?‘, untuk menciptakan masa depan kehidupan masyarakat yang lebih baik maka kita yang merupakan generasi muda harus bisa memiliki kehidupan yang berkualitas. Dengan begitu, kehidupan kita juga bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitar kita.
Menciptakan kehidupan masyarakat di era globalisasi seperti sekarang ini untuk memiliki masa depan yang cerah bisa menjadi sulit juga bisa menjadi sangat mudah, tergantung bagaimana setiap individunya menciptakan suatu kehidupan. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa dari satu kehidupan bisa mempengaruhi kehidupan di masyarakat sekitar.
Masa depan yang cerah di kehidupan masyarakat bisa menjadi sulit jika kehidupan dari satu individu tidak memiliki kualitas yang baik, tapi masa depan kehidupan masyarakat yang cerah juga bisa dengan mudah kita raih asalkan setiap dari kita memiliki kehidupan yang berkualitas. Bagaimana caranya?
Sebenarnya sudah cukup banyak tips yang saya tuliskan untuk menciptakan kehidupan masyarakat berkualitas, seperti contohnya ‘Masa Depan Tidak Akan Berubah, Jika…‘. Berawalah dari situ, dengan begitu kita bisa memiliki pondasi dasar untuk bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang berkualitas.
Kehidupan masyarakat terlahir dari satu kehidupan sosial seseorang, maka jika setiap orang memiliki kehidupan sosial maka di situlah kehidupan masyarakat berada. Suatu kehidupan masyarakat tidak akan tercipta jika tidak dimulai dari satu kehidupan sosial, kerena kehidupan sosial dari setiap orang adalah dasar dari terciptanya kehidupan masyarakat.
2)   Pentingnya Globalisasi bagi Indonesia
Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai kepentingan dalam era globalisasi ini. Apalagi Indonesia masih mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Untuk pemulihan ekonomi tersebut, Indonesia masih membutuhkan batuan dari pihak luar.
Tidak hanya dalam bidang ekonomi, kita juga harus mengikuti perkembangan dalam bidang politik, social, dan kebudayaan serta pendidikan agar Negara kita tidak tertinggal dengan Negara lain. Dengan demikian, globalisasi sangat penting bagi Indonesia. Apalagi letak Indonesia yang strategis di kawasan Asia Tenggara yang diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia dan menjadi jalur pelayaran Internasional.


BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan
Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai kepentingan dalam era globalisasi ini. Apalagi Indonesia masih mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Untuk pemulihan ekonomi tersebut, Indonesia masih membutuhkan batuan dari pihak luar.
Tidak hanya dalam bidang ekonomi, kita juga harus mengikuti perkembangan dalam bidang politik, social, dan kebudayaan serta pendidikan agar Negara kita tidak tertinggal dengan Negara lain. Dengan demikian, globalisasi sangat penting bagi Indonesia. Apalagi letak Indonesia yang strategis di kawasan Asia Tenggara yang diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia dan menjadi jalur pelayaran Internasional.

3.2  Saran
Masa depan yang cerah bisa menjadi sulit jika kehidupan dari satu individu tidak memiliki kualitas yang baik, tapi masa depan kehidupan masyarakat yang cerah juga bisa dengan mudah kita raih asalkan setiap dari kita memiliki kehidupan yang berkualitas.
Berawalah dari situ, dengan begitu kita bisa memiliki pondasi dasar untuk bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang berkualitas. Kehidupan masyarakat terlahir dari satu kehidupan sosial seseorang, maka jika setiap orang memiliki kehidupan sosial maka di situlah kehidupan masyarakat berada. Suatu kehidupan masyarakat tidak akan tercipta jika tidak dimulai dari satu kehidupan sosial, kerena kehidupan sosial dari setiap orang adalah dasar dari terciptanya kehidupan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA



MK. STUDI MASYARAKAT INDONESIA : MANUSIA DAN KEBUDAYAAN




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Hubungan manusia dan kebudayaan sangat erat kaitannya satu sama lain, secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau mahluk yang berakal. Kebudayaan berasal dari kata budaya yang merupakan bentuk kata majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Dalam bahasa Sansekerta kebudayaan disebut dengan budhayah yaitu bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Pada dasarnya manusia adalah mahluk budaya yang harus nembudayakan dirinya, Manusia sebagai mahluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dan dorongan nalurinya dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mempelajari keadaan sekitar dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kebudayaan juga mengajarkan kepada manusia beberapa hal penting dalam kehidupan seperti etika sopan & santun menjadikan ciri khas kebudayaan orang Indonesia.
Kebudayaan juga dapat mempersatukan lapisan elemen masyarakat yang sebelumnya merenggang  akibat konflik yang nerkepanjangan dan dapat pula dijadikan alat komunikasi antar masyarakat. Rasa saling menhormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Banyak hal dapat di kaji mengenai manusia dan kebudayaan, dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat tentang hubungan erat manusia dan kebudayaan yang sebenarnya tak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan padaakhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan?
2.      Bagaimana Wujud Kebudayaan?
3.      Bagaimana Transformasi Kebudayaan?
4.      Bagaimana Hubungan Manusia dan Kebudayaan?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui cara Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan.
2.      Mengetahui Wujud Kebudayaan.
3.      Mengetahui Transformasi Kebudayaan.
4.      Mengetahui Hubungan Manusia dan Kebudayaan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia). Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.

2.2 Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Menurut Kuntjaraningrat, budaya adalah "Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar." Antropolog Sir Edward B. Taylor dari Inggris mendefenisikan budaya sebagai 'the complex whole of ideas and things produced by men in their historical experience' (keseluruhan ide dan barang yang dihasilkan oleh manusia dalam pengalaman sejarahnya - terjemahan bebas). Antropolog Ruth Benedict menyebut bahwa budaya adalah ''as pattern of thinking and doing that runs through activities of people and distinguished them from all other peoples' (pola pikir dan tindakan orang yang tercermin melalui aktifitasnya dan yang membedakannya dari orang lain - terjemahan bebas).

2.3 Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini.  Disamping itu manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan  manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia  menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1.          Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.
2.          Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3.          Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4.          Pembeda manusia dan binatang.
5.      Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
6.       Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7.        Sebagai modal dasar pembangunan.

2.4  Wujud Budaya
Ada tiga wujud kebudayaan, yaitu meliputi sebagai berikut.
1.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan lainnya. Wujud ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Tempatnya ada di dalam kepala atau pikiran, atau bisa juga tertuang dalam tulisan-tulisan. Istilah lain yang lebih tepat untuk menggambarkan wujud ideal kebudayaan ini adalah adat atau adat istiadat.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan ini sering disebut juga sistem sosial atau social system, yakni tindakan berpola manusia itu sendiri. Sebagai rangkaian aktivitas manusia, sistem sosial atau wujud kebudayaan ini bersifat konkret atau nyata, terjadi setiap saat di sekitar kita, dapat diobservasi, dan dapat didokumentasikan.
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini sering disebut juga dengan kebudayaan fisik. Oleh karena sifatnya benda fisik, wujud ini sangat konkret, dapat diraba, dilihat, dan difoto. Misalnya, komputer, bangunan, dan pakaian.

3.5 Unsur Budaya
Unsur bisa diartikan sebagai bagian terkecil dari suatu benda atau bagian-bagian yang membentuk sesuatu. Adapun budaya bisa diartikan sebagai pikiran atau akal budi. Kebudayaan yang terdapat pada semua jenis masyarakat, baik masyarakat kota maupun pedesaan, baik masyarakat modern maupun masyarakat tradisional disebut unsur-unsur budaya universal.
Unsur-unsur budaya atau kebudayaan universal menurut C. Kluckhohn meliputi tujuh unsur pokok yang dimiliki setiap kebudayaan, yaitu sebagai berikut.
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Setiap unsur budaya tersebut menjelma dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud gagasan, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik. Unsur budaya sistem religi misalnya. Dalam unsur budaya ini, terwujud sebagai sistem keyakinan, gagasan tentang Tuhan, gagasan tentang surga dan neraka.
Kemudian, ada juga wujud yang berupa upacara-upacara keagamaan atau pemujaan. Wujud ketiga dari unsur religi ini adalah adanya wujud kebudayaan fisik seperti bangunan-bangunan tempat ibadah.




3.6 Transformasi Budaya
Segala sesuatu yang ada dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Baik buruknya perilaku atau sikap masyarakat juga bergantung pada kebudayaannya.
Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang secara kontinyu ditaati dan diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Secara sadar atau tidak sadar, secara terstruktur maupun tidak terstruktur, masyarakat melalui anggota-anggotanya akan mengajarkan kebudayaannya. Proses mengajarkan inilah yang disebut sebagai transformasi budaya atau pewarisan kebudayaan.
Dalam proses belajar kebudayaannya, manusia tentunya tidak begitu saja menerima apa adanya. Ia akan selalu menggunakan daya nalarnya untuk memahami, menyelami, memilih, dan melaksanakan apa yang menurut pandangannya baik.
Bisa saja yang ia lakukan sedikit berbeda atau berbeda sama sekali dengan yang diajarkan oleh kebudayaan atau masyarakatnya. Perbedaan ini awalnya bisa menimbulkan konflik dalam masyarakat. Namun, jika kemudian dapat saling menyesuaikan diri, konflik itu pun akan hilang.
Proses tranformasi budaya dapat dilakukan melalui ucapan, sikap, atau perilaku yang sudah terpola. Dengan kata lain, transformasi kebudayaan dilakukan melalui proses belajar.

3.7  Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dari sisi lain hubungan antar manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan manusia dan masyarakat yang dinyatakan sebagai dialektis.
Proses dialektis ini tercupta melalui tiga:
1.      Eksternalisasi: Proses manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunia.
2.      Obyektivitas: Proses masyarakat menjadi realitas obyektif,menjadikan masyarakat dengan segala pranata sosialnnya untuk mempengaruhi,dan membentuk perilaku manusia.
3.      Internalisasi: Proses manusia mempelajari kembali masyarakatnya agar dia dapat hidup baik,hingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Manusia sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Begitupun sebaliknya. Manusia yang membuat kebudayaan. Dan hampir setiap tingkah laku manusia itu adalah kebudayaan. Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal. Maksudnya adalah walaupun keduanya berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialegtis, maksudnya adalah saling terkait satu dengan yang lainnya. Proses dialegtis ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu:
1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2.   Obyektivasi, yaitu proses dimana manusia menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3.  Internalisasi, yaitu proses dimana manusia sergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
1)       Penganut kebudayaan
2)       Pembawa kebudayaan
3)       Manipulator kebudayaan, dan
4)       Pencipta kebudayaan
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari
penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa:
1. Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilaSi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
2.  Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
3.  Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
4.    Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.




BAB III
KESIMPULAN

Secara sederhana kaitan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya, contohnya adlah hubungan dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan.
Manusia dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal antara manusia dan kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus membedakan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/arti-budaya.htm. 
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. 
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia. 
http://www. membuatblog.web.id /2010/02/ pengertian-hakikat-manusia. html. 
http://prachzpratama2.blogspot.com/2012/12/makalah-hubungan-manusia-dengan_2145.html